Arti biwir teu diwengku letah teu tulangan

Arti Biwir Teu Diwengku Létah Teu Tulangan

5 Dilihat

SUNDAPEDIA.COM, Sampurasun baraya Sunda. Pernah mendengar peribahasa Sunda biwir teu diwengku létah teu tulangan? Saya akan coba jelaskan secara singkat pada postingan ini.

Sebelum menjelaskan maksud atau arti peribahasa biwir teu diwengku létah teu tulangan, yuk cari tahu dulu arti kata per kata yang menyusun peribahasa tersebut.

Biwir

Bahasa Indonesia-nya biwir adalah bibir. Biwir merupakan bahasa Sunda loma (akrab), bahasa halusnya atau lemesnya yaitu lambey.

Untuk peribahasa ini kata biwir tidak bisa diganti dengan kata lambey walaupun berbicara dengan orang yang dihormat.

Teu

Teu dalam bahasa Indonesia artinya tidak. Teu merupakan singkatan dari henteu.

Diwengku

Diwengku berasal dari kata dasar wengku, dalam bahasa Indonesia artinya rangka penguat bibir anyamanPerabot dapur yang diwengku antara lain nyiru, ayakan, dan boboko. Diwengku berarti diperkuat bibir anyamannya agar anyaman tidak terurai.

Létah

Dalam bahasa Indonesia létah berarti lidah. Létah adalah bentuk loma, bahasa Sunda halusnya ilat.

Tulangan

Tulangan berasal dari kata tulang. Dalam bahasa Indonesia, tulangan artinya bertulang.

Jadi jika dirangkai dari arti kata perkata, terjemah biwir teu diwengku létah teu tulangan adalah bibir tidak diperkuat lidah tidak bertulang.

Maksud Biwir Teu Diwengku Létah Teu Tulangan

Peribahasa biwir teu diwengku létah teu tulangan memiliki kesamaan arti dengan peribahasa lidah tak bertulang. Artinya bicara asal bunyi tanpa dipikir lebih dulu, yang akhirnya menyakitkan hati orang.

Contoh kalimatnya:

Abong biwir teu diwengku létah teu tulangan, nyarita dapon engab wae.

Artinya: Dasar lidah tak bertulang, bicara asal bunyi saja.

Peribahasa ini merupakan sindiran bagi orang yang suka bicara tanpa dipikirkan akibatnya atau bicara menyakiti perasaan orang lain.

Ada juga yang mengartikan peribahasa biwir teu diwengku létah teu tulangan adalah mudah bicara tapi susah melaksanakannya atau omongannya tidak bisa dipegang.

Intinya, maksud peribahasa Sunda ini kalau bicara asal bunyi tidak dipikirkan dulu benar atau salah, menyakiti atau tidak, bisa dipegang atau tidak.

Demikian, semoga penjelasan ini ada manfaatnya.