SUNDAPEDIA.COM, Sampurasun! Baik paparikan, rarakitan, maupun wawangsalan adalah sama-sama jenis sinsindiran atau pantun Sunda. Tetapi ada perbedaan patokan di antara ketiganya.
Kita bisa menemukan perbedaan paparikan, rarakitan, dan wawangsalan jika tahu pengertian dan patokan masing-masing.
Apa itu sisindiran?
Sisindiran adalah bentuk puisi Sunda tradisional yang terikat oleh aturan baris dan suku kata. Sisindiran asalnya dari kata sindir yang berarti kiasan. Sisindiran terbagi menjadi 3 jenis, yakni rarakitan, paparikan, dan wawangsalan.
Patokan dan perbedaan paparikan, rarakitan, dan wawangsalan adalah sebagai berikut:
Dafar Isi
Paparikan
Sapada paparikan jumlah padalisannya genap (jangkep), misalnya 4, 6, 8 dan seterusnya. Namun umumnya terdiri atas 4 padalisan. Sapadalisan jumlah engangnya ada 8 engang.
Sapada (sa pada) artinya sebait (pada = bait), padalisan artinya baris, sedangkan engang artinya suku kata. Bukan éngang ya, kalau éngang itu artinya tawon.
Setengah bait pertama merupakan sindir, cangkang, atau kulitnya. Setengahnya lagi merupakan eusi atau isi. Misalnya paparikan 4 baris; maka baris 1 dan 2 merupakan kulit, baris 3 dan 4 adalah isinya.
Setiap tungtung padalisan atau ujung baris paparikan harus murwakanti laraswekas. Artinya ada kesamaan bunyi pada suku kata akhir. Purwakantinya silang; baris 1 murwakanti dengan baris 3, baris 2 murwakanti dengan baris 4.
Ciri paparikan adalah tidak ada pengulangan kata dari baris cangkang ke eusi. Artinya tidak ada kata yang sama dari baris 1 dan 2 dengan baris 3 dan 4.
Di lihat dari isinya, paparikan dibagi menjadi 3 yaitu paparikan piwuruk (nasihat), paparikan silih asih (cinta), dan paparikan sesebred (lelucon atau kritik).
Contoh paparikan piwuruk:
Ka Garut ka gunung Tanjung
Nunggu angkot di tarogong
Lamun hirup hayang nanjung
Gugu kolot tong bedegong
Contoh paparikan silih asih:
Meuncit meri dina rakit
Boboko wadah bakatul
Lain nyeri ku panyakit
Kabogoh direbut batur
Contoh paparikan sesebred:
Manuk bueuk jeung japati
Buluna tong didudutan
Suganmah unggeuk teh ngarti
Sihoreng gening nundutan
Rarakitan
Patokan rarakitan sama percis dengan paparikan. Isi rarakitan juga tidak beda dengan paparikan, yaitu ada rarakitan piwuruk, rarakitan silih asih, dan rarakitan sesebred.
Bedanya rarakitan dan paparikan adalah rarakitan ada pengulangan satu atau beberapa kata dari baris cangkang ke baris isi. Sedangkan paparikan tidak ada pengulangan kata.
Contoh rarakitan piwuruk:
Ulah sok nyiar lilin
Salila alus oncorna
Ulah sok liar ulin
Salila aya corona
Baca juga: 9 Contoh sisindiran nasihat tentang Corona
Contoh rarakitan silih asih:
Majar maneh nganyam samak
Neukteukan bari motongan
Majar maneh neang anak
Ngadeukeutan popotongan
Contoh rarakitan sesebred:
Aya listrik di masigit
Hanjakal moncor ka kolong
Aya istri jangkung alit
Hanjakal tonggongna bolong
Wawangsalan
Wawangsalan jelas sangat berbeda dengan rarakitan dan paparikan. Wawangsalan hanya terdiri atas 2 baris. Baris pertama berisi sindir dan wangsal (semacam tebak-tebakan), baris kedua tentang isi. Masing-masing baris terdiri dari 8 suku kata.
Wangsal adalah hal yang disembunyikan dan harus kita cari maksudnya. Wangsal disembunyikan dalam kata yang murkawanti ujung kosakatanya.
Contoh wawangsalan
Ceuli rebing teu ngadenge
Otel teu beunang dicarek
Maksudnya: Katel
Cara menebak wawangsalan, pertama kita harus memecahkan maksud dari baris pertama. Setelah ketemu, lalu dicocokan dengan salah satu kata yang ujung suku katanya mirip dengan maksud baris pertama.
Itulah perbedaan rarakitan, paparikan, dan wawangsalan. Semoga setelah membaca penjelasan di atas kamu bisa membedakan wawangsalan, paparikan, dan rarakitan.