SUNDAPEDIA.COM, Sampurasun! Seperti bahasa lainnya, bahasa Sunda juga terdiri dari kecap asal (kata dasar) dan kata turunan. Kata dasar ada yang bisa langsung menjadi kata, ada juga yang tidak.
Kata dasar yang bisa langsung jadi kata, contohnya: indit – pergi, alus – bagus, imah – rumah, dll.
Kata dasar yang tidak bisa langsung jadi kata, contohnya: alung, ablu , taek, dll.
Baik kata dasar yang dapat langsung jadi kata maupun yang tidak, bisa dijadikan kata kata turunan atau kata jadian baru. Contoh: Indit → inditna, inditkeun, indit-inditan, nginditan, arindit, dll.
Kata dasar dan kata-kata turunannya memiliki arti yang berbeda. Proses pembentukan kata turunan dalam bahasa Sunda bisa melalui 4 cara, yaitu sebagai berikut:
-
Dafar Isi
Dengan afiksasi
Cara afiksasi yaitu dengan menambahkan rarangken (imbuhan): hareup (awalan), tengah (sisipan), tukang (akhiran), dan rarangken gabungan (simulfiks).
Bentuk kata hasil afiksasi disebut kecap rundayan (kata jadian atau kata turunan). Contohnya:
- Sare →kasarean, sasarena, sasarean, nyarean, sarekeun, sarean, dll.
- Balik → balikan, balikna, babalik, balik-balik, bulak balik, pangbalikan, dll.
Baca juga: Arti dan Contoh Kecap Rundayan
-
Dengan reduplikasi
Dengan cara reduplikasi, yaitu dengan mengulangi kata dasar. Bentuk kata itu dinamai kecap rajekan (kata ulang). Contohnya:
- Datang → datang-datang, datang-datangan
- Seuri → seuseurian, sura seuri
- Leumpang → leuleumpangan
- Dar → dar der dor
Baca juga: Jenis dan Contoh Kecap Rajekan atau Kata Ulang
-
Dengan menggabungkan dua kata atau lebih
Cara ketiga yaitu dengan menggabungkan dua kata atau lebih, sehingga membentuk satu kesatuan yang mengandung arti baru.
Kata yang dibentuk dengan cara ini dinamai kecap kantetan (kata majemuka tau kata gabungan). Contohnya:
- Yang sederajat: kolot budak (tua muda), indung bapa (ibu bapak), awewe lalaki (laki-laki perempuan).
- Yang sama artinya: suka bungah (suka ria), lalar liwat (hilir mudik), koceak dengek (menjerit-jerit).
- Yang menunjukkan perlkalian: opat puluh (empat puluh), genep rebu (enam ribu), dll.
- Yang tidak ada hubungannya: kacapiring (nama pohon bunga), panonpoe (matahari), indung leungeun (jempol), dll.
- Yang telah menjadi babasan dan paribasa: Gede hulu (besar kepala), hampang birit (rajin mudah disuruh), dll.
Baca juga: Contoh Kalimat Kantetan Satata dan Seler Sumeler
-
Dengan menyingkat
Dengan menyingkat dua kata atau lebih sehingga menjadi kata singkatan atau akronim. Kata hasil menyingkat disebut kecap wancahan. Contohnya:
- Juragan → agan
- Rama → ama
- Bapa → apa
- Abdi → abi
- Jawa Barat → Jabar
- Kabupatian → kabupaten
Baca juga: Contoh kecap wancahan, singkatan atau akronim bahasa Sunda
Demikianlah penjelasan tentang proses atau cara pembentukan kata turunan dalam bahasa Sunda. Semoga bermanfaat.