SUNDAPEDIA.COM, Sampurasun! Rinéka sora atau gejala fonologis terkait dengan perubahan suara bahasa, baik vokal maupun konsonan. Perubahan suara muncul dengan cara menghilangkan fonem, menambah, memindahkan, atau berganti fonem dengan fonem lainnya.
Fonem adalah suara bahasa yang terdengarnya beda atau mirip serta bisa membedakan arti kata. Fonem biasa ditulis di antara dua garis miring /…./. Contohnya /a/, /i/, /u/, /é/, /e/, /eu/, /o/.
Berdasarkan cara dibentuknya, rinéka sora dapat dirinci menjadi beberapa macam. Yaitu sebagai berikut:
Sirnaan
Sirnaan adalah gejala fonologis yang dibentuk dengan cara menghilangkan beberapa fonem dari kata, baik di awal kata, di tengah, maupun di akhir. Sirnaan bisa berupa sirnapurwa, sirnamadya, dan sirnawekas.
(a) Sirnapurwa (aférésis) yaitu hilangnya fonem di awal kata.
Contonya:
/examen/ → /samen/ (kenaikan kelas dan/atau perpisahan siswa)
/umilu/ → /milu/ (ikut)
/ksatria/ → /satria/ (ksatria)
(b) Sirnamadya (sinkope) adalah hilangnya fonem di tengah kata.
Contohnya:
/banderol/ → /banrol/
/kolonél/ → /kolonél/
/officiér/ → /opsir/
(c) Sirnawekas (apokope) yaitu hilangnya kata di akhir kata.
Contohnya:
/bénzine/ → /bénsin/ → /béngsin/
/presidént/ → /presidén/ → /persidén/
/régent/ → /régen/
Swarabakti
Swarabakti yaitu suara yang dibentuk dengan cara menambahkan fonem pada kata, baik di awah, di tengah, maupun di ujung kata. Swarabakti dapat berupa sawarabakti awal, tengah, dan akhir.
(a) Swarabakti awal (protésis) yaitu bertambahnya foném di awal kata.
Contohnya:
/stri/ → /istri/
/stal/ → /istal/
/kool/ → /engkol/
(b) Swarabakti tengah (épétésis) yaitu bertambahnya fonem di tengah kata.
Contohnya:
/blok/ → /belok/
/grεndεl/ → /géréndél/
/trommel/ → /torombol/
(c) Swarabakti ahir (paragoge) yaitu bertambahnya fonem di ujung kata.
Contohnya:
/bank/ → /bangku/
/das/ → /dasi/
/method/ → /metode/
Bagentén
Bagentén atau alternan adalah suara dibentuk dengan cara mengganti satu fonem dengan fonem lainnya, baik vokal oleh vokal maupun konsonan dengan konsonan.
Bagentén Vokal
Bergantinya vokal dengan vokal dalam bahasa Sunda mempunyai kaidah seperti di bawah ini:
(a) Vokal /u/ berganti dengan vokal /o/, /e/, dan /a/.
Contohnya:
/surung/ → /sorong/
/pungkur/ → /pengker/
/sebut/ → /sebat/
(b) Vokal /a/ berganti dengan vokal /i/, /é/, dan /u/.
Contohnya:
/utama/ → /utami/
/begang/ → /begéng/ → /begung/
(c) Vokal /i/ atau /o/ berganti dengan vokal /é/.
Contohnya:
/itung/ → /étang/
/nongtot/ → /néngtét/
(d) Vokal /eu/ berganti dengan vokal /e/.
Contohnya:
/heueuh/ → /heeh/
(é) Vokal /eu/ berganti dengan vokal /é/.
Contohnya:
/ceuk/ → /cék/
/heug/ → /hég
Bagentén Konsonan
Bergantinya konsonan dengan konsonan dalam bahasa Sunda mempunyai kaidah di bawah ini.
(a) Konsonan /b/ berganti dengan konsonan /w/ dan /h/.
Contohnya:
/belas/ → /welas/
/babut/ → /rabut/
/banjat/ → /hanjat/
(b) Konsonan /p/ berganti dengan konsonan /k/.
Contohnya: /pompa/ → /kompa/
(c) Konsonan /c/ berganti dengan konsonan /j/ dan /w/.
Contohnya:
/carang/ → /jarang/
/caringin/ → /waringin/
/caduk/ → /waduk/
(d) Konsonan /k/ berganti dengan konsonan /g/ dan /r/.
Contona:
/kumasép/ → /gumasép/
/waka/ → /wara/
(e) Konsonan /h/ berganti dengan konsonan /s/.
Contohnya:
/heug/ → /seug/
/hang/ → /sang/
/hieng/ → /sieng/
(f) Konsonan /r/ berganti dengan konsonan /d/, /l/, /c/, /b/.
Contohnya:
/iser/ → /ised/
/raris/ → /laris/
/ragap/ → /cagap/
/ruhun/ → /buhun/
Métatésis
Métatésis adalah rinéka sora yang dibangun dengan cara menukarkan tempat fonem di dalam kata.
Contohnya:
/aduy/ → /ayud/
/dalu/ → /ladu/
/léor/ → /réol/
/presidén/ → /persidén/
/rontal/ → /lontar/
Asimilasi
Asimilasi ialah rinéka sora yang dibentuk dengan cara menyamakan fonem yang berbeda pada fonem di belakangnya, biasanya di antara fonem yang ada dalam daerah ucapan yang sama seperti /b/ dan /m/, /d/ dan /n/, serta /g/ dan /ng/.
Contohnya:
/gambar/ → /gamar/
/gamblung/ → /gamlung/
/kadéron/ → /kanéron/
/kendang/ → /kenang/
/sanggeuk/ → /sangeuk/
/sanggup/ → /sangup/
Sumber dari Buku Tatabasa Sunda Kiwari yang disusun oleh Drs. Yayat Sudaryat, M. Hum., Drs. H. Abud Prawirasumantri, dan Drs. H. Karna Yudibrata.
Demikianlah, semoga bermanfaat.